Jumat, 07 Mei 2010

Tantangan Lulusan PAI

Lahirnya era globalisasi di penghujung millenium kedua ini telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya sejumlah harapan dan kecemasan. Harapan dan kecemasan tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya perubahan nilai, identitas, kepribadian, pola pikir, serta kepentingan dan keyakinan sebagai wujud terakumulasi dan teradaptasinya budaya heterogenitas secara global tanpa adanya sekat-sekat (dinding pemisah).
Dalam konteks ini, dunia menyisakan sejumlah tantangan bagi setiap bangsa, terutama bagi Negara berkembang seperti Indonesia. Kenyataan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah rapuhnya sendi-sendi kehidupan akibat modernisasi yang antara lain terlihat dari kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih rendah, derajat kehidupan yang masih menyedihkan, serta hilangnya identitas diri (self identity) dalam kultur global, sampai pada tingkat rendahnya sistem sosial yang dianut.
Disisi lain, kita juga sedang mengalami kemunduran budaya colektivitas (kebersamaan) lokal yang sarat dengan nilai-nilai luhur seperti kegotong royongan, akibat dari bangunan sistem pendidikan kita yang belum mampu menyiapkan siswa menjadi adaptable (mudah beradaptasi) dengan seperangkat nilai dalam berbagai dimensi kehidupan.
Dalam dunia global, masyarakat suatu bangsa akan menghadapi berbagai macam kompetisi, misalnya persaingan ideologi yang semakin tajam, persaingan ekonomi yang semakin terbuka, serta persaingan peradaban yang semakin kompleks.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai upaya pengembangan dan desain kebijakan-kebijakan pendidikan oleh suatu bangsa, serta kemampuan untuk bertahan dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan yang khas, sehingga sebuah masyarakat tidak tenggelam oleh arus globalisasi yang demikian derasnya.
Banyak perubahan yang tidak terduga datang dari dua sisi kekuatan dunia yang saat ini sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat, yaitu kegiatan ekonomi dan perkembangan serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan meningkatnya kompetisi dan persaingan global, berarti untuk mempertahankan standart hidup yang layak, generasi orang tua saat ini harus bekerja lebih keras dan lebih lama jika dibandingkan dengan generasi orang tua mereka sendiri.
Berbagai keluhan dan kerisauan kemudian muncul dari orang tua dan masyarakat mengenai kehidupan anak-anak mereka dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang akibat maraknya budaya pop, glamour, santai, serta krisis moral yang melanda masyarakat modern. Jauhnya kehidupan anak-anak dari nilai-nilai agama merupakan salah satu dampak nyata perkembangan dan eksis global yang demikian deras tanpa adanya filter yang dapat menjadi perekat identitas yang cukup kuat. Hal ini mencerminkan bahwa tantangan masa kini dan masa depan, terutama yang menyangkut kebutuhan hidup secara moril-agamis maupun materiil dan berbagai faktor yang mempengaruhinya, telah menduduki tempat teratas dalam kehidupan masyarakat.
Kemajuan yang pesat dalam dunia informasi dan taknologi pada dua dasawarsa terakhir telah berpengaruh pada peradapan manusia melebihi jangkauan pemikiran sebelumnya. Pengaruh itu terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Globalisasi dan kemajuan infornasi, komunikasi dan teknologi menyebabkan fenomena perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Pada era pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahun dan teknologi, menjadi benteng untuk kemajuan suatu bangsa. Sumber daya alam yang makin terbatas tidak lagi dapat menjadi tumpuan modal karena sumber kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik ke modal intelektual, pengetahuan, sosial kredibilitas. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh masyarakat sangat beragam dan berkualitas, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta kognitif dan kompetensi untuk berpikir bagaimana berpikir dan belajar, bagaimana belajar dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan serta mengatasi situasi yang tidak pasti.
Para futurology (pakar masa depan) abad ini mengemukkan bahwa untuk menyiasati situasi diera globalisasi seperti saat ini yang sangat diutamakan adalah adanya peningkatan kualitas moral yang bersifat lokal dan universal. Kualitas moral ini sangat penting untuk dipertahankan dalam praktik dan hubungan lokal, terutama melalui pendidikan agama yang diajarkan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Tantangan lulusan PAI menghadapi era modernitas/globalisasi dapat diindikasikan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Masa depan merupakan harapan-harapan sekaligus juga kecemasan-kecemasan
Harapan muncul karena masa depan menawarkan sejumlah peluang, antara lain perkembangan teknologi yang seemikian cepat yang dapat meningkatkan taraf hidup. Namun, harapan-harapan masa depan tersebut lebih banyak dinikmati oleh mereka yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang berpendidikan.
Disisi lain, masa depan juga dapat memberikan sejumlah kecemasan mengingat bahwa masa depan selalu terkait dengan pergeseran budaya. Eksistensi sebuah budaya sangat ditentukan oleh pemilik budaya tersebut. Ketika budaya asing dating dan berhadapan dengan suatu generasi yang rapuh dari intensitas kepribadian dan kematangan wawasan pendidikan, maka hal ini tentunya dapat mengakibatkan hilangnya nilai-nilai budaya lama yang telah ada dan cenderung menciptakan tradisi baru yang bersifat pop.
2. Masa depan merupakan suatu hal yang tidak pasti
Masa depan harus diperkirakan dan direncanakan. Dengan perkiraan dan perencanaan yang tepat, maka diharapkan masa depan dapat diisi dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.
3. Masa depan sarat dengan persaingan
Memiliki sejumlah kompetensi sumber daya manusia melalui proses pendidikan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana lulusan PAI atau calon guru dapat meningkatkan system pendidikan di Indonesia.
4. Masa depan merupakan kecenderungan
Pada tahap ini, mulai terjadi krisis moral dan akhlak. Sebagai lulusan PAI atau calon guru PAI kita harus bisa membawa anak didik ke jalan Allah SWT, agar peserta didik kita tidak mengalami krisis akhlah dan moral.




Tantangan lulusan PAI dalam menghadapi era modernitas / globalisasi :
1. Memiliki mutu intelektualitas sebagai ilmuan yang berpikir rasional dan dewasa dengan pendekatan ilmu yang dimilikinya.
2. Memiliki mutu kepribadian yang terlihat pada akhlak dan kepribadian Islami. Dan tentunya juga dibantu guru bidang studi lain dengan menunjukkan ‎keteladanan bagi siswa sebagai seorang yang beragama yang baik. Apalagi Iman ‎dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan prasyarat utama bagi ‎setiap guru, yang secara praktis akan berimplikasi pada keharusan setiap guru ‎untuk mengimplementsikan nilai-nilai akhlak yang mulia dalam setiap pelajaran.‎
3. Memiliki mutu keterampilan (skill) yang pada gilirannya akan mempermudah untuk masuk ke berbagai lapangan pekerjaan yang menjadi bidang garapannya. Di samping itu, keahlian komputer minimal dalam level mengoperasikannya juga menjadi syarat penting bagi lulusan PAI dalam menghadapi era globalisasi.

Peluang lulusan PAI dalam menghadapi era globalisasi, antara lain:
1. Dapat memadukan nilai-nilai ketuhanan yang tereksplisit dalam wujud agama dengan nilai-nilai modernitas.
2. Pengotimalisasian kreativitas daya pikir yang nantinya dapat membawa anak didik kearah yang lebih modern tanpa meninggalkan ajaran agaam Islam. Dengan berpikir secara optimal yang didukung dengan struktur keilmuan yang kuat akan terjadi apa yang disebut modernisasi manusia atau manusia modern.
3. Dapat meningkatkan motivasi dan etos kerja guru maka factor ‎pemenuhan kebutuhan sangat berpengaruh. Untuk itu bagaimana mengarahkan ‎kekuatan yang ada dalam diri guru untuk mau melakukan tingkat upaya yang ‎tinggi ke arah tujuan yang telah ditetapkan.
Berbicara tentang motivasi tidak lepas kaitannya dengan beberapa ‎pandangan tentang terbentuknya kepribadian manusia melalui proses pola awal ‎terbentuknya motivasi dan beberapa teori kebutuhan manusia. Suparmin mengutip ‎Mc.Cleland yang mengelompokkan kebutuhan manusia kaitannya dengan ‎peningkatan motivasi dalam tugasnya sebagai guru adalah :
 Need For Achievement/ ‎Kebutuhan Untuk Berprestasi
 Need For Power/ Kebutuhan Untuk Berkuasa
 Need For ‎Affiliation/ Kebutuhan Untuk Berafiliasi ‎
Bila ketiga kebutuhan terpenuhi maka ‎motivasi dan etos kerja seorang guru akan tumbuh dan berkembang sebagimana ‎yang diharapkan.‎Dengan motivasi dan etos kerja yang tinggi guru agama akhirnya menjadi ‎penggerak penjiwaan dan pengalaman agama yang mencerminkan pribadi yang ‎taqwa, berakhlaq mulia, luhur dan menempati peranan suci dalam mengelola ‎kegiatan pembelajaran di era globalisasi.



DAFTAR RUJUKAN

Design Kurikulum PAI Di Era Global Berbasis Analisis Kebutuhan. 2008. Faza’s blog. www.google.com. Diakses pada tanggal 28 Maret 2010

Dosen Fakultas Dakwah IAIN Sumatera Utara. Kompetensi lulusan PAI. www.google.com. Diakses pada tanggal 28 Maret 2010

Maurice J. Ellias, dkk.. 2000. Cara-Cara Efektif mengasuh Anak dengan EQ, terj. M. Jauharul Fuad. Bandung: Kaifa

Mukhtar. 2003. Desain Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Misaka Galiza

Fr33 Z0n3


ShoutMix chat widget