Sabtu, 15 Mei 2010

Panduan Pengembangan Bahan ajar

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan pendidikan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) paling tidak dapat memenuhi standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1) standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.

Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung oleh berbagai standar lainnya, antara lain standar proses dan standar pendidik dan tenaga kependidikan.

Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.

Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan bahan ajar.


B. Tujuan

Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1. Menjelaskan pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMA.
2. Menjelaskan konsep dasar bahan ajar.
3. Mengemukakan berbagai jenis bahan ajar.
4. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan ajar.


C. Manfaat

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar, seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala sekolah buku ini dapat dijadikan bahan pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.

Kepala sekolah dalam kegiatannya sehari-hari juga memerlukan bahan ajar sebagai alat bantu dalam melakukan promosi ataupun presentasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan sekolah.

Bagi guru buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam mengembangkan bahan ajar. Dengan mempelajari buku ini diharapkan para guru di sekolah akan mendapatkan informasi tentang pengembangan bahan ajar yang pada gilirannya para guru dapat mengembangkan bahan ajar untuk membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu diharapkan guru juga akan termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga akan menghasilkan satu kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru maupun bagi peserta didiknya. Pengembangan bahan ajar adalah merupakan tanggung jawab guru sebagai pengajar bagi peserta didik di sekolah.

Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya keberadaan buku pedoman ini pasti bermanfaat. Karena setiap pengawas harus mengetahui berbagai hal yang dilakukan oleh guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang dialami oleh guru, pengawas dapat segera membantunya. Dengan membaca buku pedoman ini pengawas akan mendapatkan pemahaman dan masukan-masukan tentang bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian maka pengawas akan mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas kepengawasan yaitu membina guru dalam mengembangkan bahan ajar.


D. Ruang Lingkup

Buku ini akan dikhususkan pada pembahsan tentang bahan ajar cetak sebagai salah satu bentuk bahan ajar yang paling banyak digunakan. Pembahasan akan mencakup:

1. Pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah menengah atas.
2. Berbagai jenis bahan ajar cetak yang dapat dikembangkan.
3. Langkah-langkah pengembangan bahan ajar.
4. Contoh sistematika bahan ajar.


BAB II
BAHAN AJAR


A. Pengertian

Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan tuntas (mastery learning).

Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material).

Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk itu bahan ajar hendaknya disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mencapai kompetensi.

Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk maksud yang sama namun sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda, yakni sumber belajar dan bahan ajar. Untuk itu, maka berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar dan bahan ajar.

1. Pengertian Sumber Belajar

Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), orang juga banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan benda tertentu adalah termasuk sumber belajar.

Sumber belajar dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning resources are defined as information, represented and stored in a variety of media and formats, that assists student learning as defined by provincial or local curricula. This includes but is not limited to, materials in print, video, and software formats, as well as combinations of these formats intended for use by teachers and students. http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/ asleares.htm January 28, 1999.


Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.

Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004)

Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

Dengan demikian maka sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.

Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.
b. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.
c. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d. Bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar.
e. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
f. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.


Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.

2. Pengertian Bahan Ajar

Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan.

Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA pada website-nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning.

Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.

Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu:
Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot teach.

Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot.

Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Pendapat lain mengatakan sebagai berikut;

Definition of teaching material
They are the information, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in the teaching material.( Anonim dalam Web-site)

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).

Pengelompokan bahan ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut :

Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively).
http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http:// tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève.

Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.

Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar, pertama auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte). Kedua yaitu visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung). Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.


Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Content atau isi materi pembelajaran
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi
h. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi

B. Mengapa guru perlu mengembangkan Bahan Ajar?

Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.

Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.

Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.

C. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

1. Tujuan

Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Manfaat

Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

D. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:

Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.

Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.

Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.

Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.

Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.

Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

E. Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri.

1. Bahan Ajar Cetak (Printed)

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:

a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri

Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.

a. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.

Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.

b. Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.

Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.

c. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
• Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
• Kompetensi yang akan dicapai
• Content atau isi materi
• Informasi pendukung
• Latihan-latihan
• Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
• Evaluasi
• Balikan terhadap hasil evaluasi

Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.

d. Lembar kegiatan siswa

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.

e. Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.

f. Leaflet

A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.

g. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.

h. Foto/Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.

Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
• Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
• Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.
• Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.







BAB III
PENYUSUNAN BAHAN AJAR


A. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar. Analisis dimaksud dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Berikut diberikan contoh analisis SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar.

Contoh: Analisis SK-KD
Mata Pembelajaran : Kimia
Kalas : X
Semester : 2
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Jenis
B. Ajar
• Menguji daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit • Merancang percobaan uji elektrolit
• Menyimpulkan ciri-ciri hantaran arus lsitrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan • Larutan elektrolit dan non elektrolit
• Ciri-ciri elektrolit dan non elektrolit
• ...........dst • Menyusun rancangan percobaan untuk mengidentifikasi larutan elektrolit dan non elektrolit
• Diskusi informasi tentang hasil rancangan percobaan.
• Melakukan percobaan daya hantar listrik untuk menentukan ciri-ciri larutan yg bersifat elektrolit dan non elektrolit Buku, LKS






LKS

Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan ajar dapat diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan akan semakin mudah guru menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis dilakukan terhadap seluruh SK, maka akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan oleh guru.


2. Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan ajar perlu dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.

3. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik. Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis sumber bahan sebelumnya.

B. Penyusunan Peta Bahan Ajar

Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan bahan ajar sangat diperlukan guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya seperti apa. Sekuensi bahan ajar ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Di samping itu peta dapat digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen (tergantung) atau independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga dalam penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau saling mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independen adalah bahan ajar yang berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat dengan bahan ajar yang lain.

Sebagai contoh peta bahan ajar untuk Biologi SMA semester I Peta diambil dari SK nomor 2, KD nomor 1, dimana materi pokok sebagai judul bahan ajar.















C. Struktur Bahan Ajar

Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui perbedaan-perbedaan dimaksud dapat dilihat pada matrik berikut ini:

Bahan Ajar Cetak (Printed)
No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - -
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **
4. Informasi pendukung √ √ √ √ √ ** ** **
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/langkah kerja - √ √ - - - ** **
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **
Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa, Bro:Brosur, Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/Maket

D. Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
• Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.
• Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
• Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.
• Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
• Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
• Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).

a. Handout

Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari handout yaitu:
• Guna membantu pendengar agar tidak perlu mencatat.
• Sebagai pendamping penjelasan si penceramah/guru.

Sebuah handout harus memuat paling tidak:
• Menuntun pembicara secara teratur dan jelas
• Berpusat pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat.
• Grafik dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat dengan mudah didapat.

Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensinya.

Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut:
• Melakukan analisis kurikulum
• Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai.
• Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
• Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja.
• Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.
• Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

b. Buku

Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya.

Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut:
• Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya
• Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya.
• Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.
• Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
• Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
• Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.
• Memperbaiki tulisan
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

c. Modul

Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Kalau guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.

• Penulisan bahan ajar modul
Dalam menulis bahan ajar khususnya modul terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
- Analisis SK dan KD
Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil belajar kritis yang harus dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes) itu seperti apa.

- Menentukan judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul modul.

- Pemberian kode modul
Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan dalam pengelolaan modul. Biasanya kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna, misalnya digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS. (3) : Bahasa. Kemudian digit kedua merupakan klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas atau spesialisasi pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan IPA, nomor 1 digit kedua berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya.

- Penulisan Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
* Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil menyelesaikan modul tersebut. KD yang tercantum dalam modul diambil dari pedoman khusus kurikulum 2004. Apabila siswa tidak berhasil memiliki tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD itu, maka KD pembelajaran dalam modul itu harus dirumuskan kembali. Dalam hal ini barangkali bahan ajar yang gagal, bukan siswa yang gagal. Kembali pada terminal behaviour, jika terminal behaviour diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus dikerjakan untuk mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.

Contoh Rumusan KD yang harus dikuasai:
Anda mampu menguji daya hantar listrik berbagai larutan untuk membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit hasilnya memenuhi kriteria sebgai berikut:
1) Ada rancangan percobaan elektrolit .
2) Terdapat kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan.
3) Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
4) Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
5) Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.

* Menentukan alat evaluasi/penilaian
Criterion items adalah sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai suatu KD dalam bentuk tingkah laku. Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.

Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.

Contoh evaluasi dari contoh KD di atas:
No (75% kriteria keberhasilan)*) Ya Tdk
1. Ada rancangan percobaan elektrolit.
2. Terdapat kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan.
3. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya.
4. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
5. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
Total
Catatan *) : Jika 75% dari ke-5 kriteria terpenuhi, maka dinyatakan lulus.

* Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul itu ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya. Misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.

Kalimat yang disajikan tidak terlalu panjang. Bagi siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per-kalimat dan dalam satu paragraf 3–7 kalimat.


Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan, karena di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi siswa untuk mempelajarinya.

* Urutan pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator.

* Struktur bahan ajar/modul
Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling tidak:
- Judul
- Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
- Kompetensi yang akan dicapai
- Informasi pendukung
- Latihan-latihan
- Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
- Evaluasi/Penilaian

d. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.

Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

• Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.

• Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

• Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.

• Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
- Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI.
- Menentukan alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
- Penyusunan Materi
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.
- Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
* Judul
* Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
* Kompetensi yang akan dicapai
* Informasi pendukung
* Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
* Penilaian


e. Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).

Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat antara lain:
• Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
• KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
• Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
• Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

f. Leaflet

A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.

Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat.

g. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Misalnya tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu kegiatan laboraturium. Dalam mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang:
• Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
• Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu banyak tulisan.
• Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan atau siklus.
• Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan siswa untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
• Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

h. Foto/Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.

Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

• Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka judulnya dapat ditulis dibaliknya.
• Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard. Storyboard foto tidak akan sebanyak untuk video/film.
• Informasi pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto, internet, buku. Agar foto enak dilihat dan memuat cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling tidak 20-R.
• Pengambilan gambar dilakukan atas dasar stroryboard. Agar hasilnya baik dikerjakan oleh orang yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang terampil menggambar.
• Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi video/film.
• Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya.
• Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran bahasa Inggris siswa diminta untuk menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan siswa dalam menceritakan kembali foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya.

i. Model/Maket

Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi siswa dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model. Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun siswa dalam belajar. Dalam memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai acuannya.
• Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
• Membuat rancangan sebuah model yang akan dibuat baik substansinya maupun bahan yang akan digunakan sebagai model.
• Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena tidak mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan singkat saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
• Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan untuk membuatnya. Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kemudahan dalam mencarinya.
• Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas menjelaskan secara tertulis tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.
• Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban lisan atau tertulis dari pertanyaan yang diberikan.



E. Evaluasi dan Revisi

Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan apakah secara bertahap mulai dari one to one, group, ataupun class.

Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.

Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
1. Kesesuaian dengan SK, KD
2. Kesesuaian dengan perkembangan anak
3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4. Kebenaran substansi materi pembelajaran
5. Manfaat untuk penambahan wawasan
6. Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial

Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
1. Keterbacaan
2. Kejelasan informasi
3. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

Komponen Penyajian antara lain mencakup:
1. Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
2. Urutan sajian
3. Pemberian motivasi, daya tarik
4. Interaksi (pemberian stimulus dan respond)
5. Kelengkapan informasi

Komponen Kegrafikan antara lain mencakup:
1. Penggunaan font; jenis dan ukuran
2. Lay out atau tata letak
3. Ilustrasi, gambar, foto
4. Desain tampilan

Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut:

Contoh Format Instrumen Evaluasi Formatif Bahan Ajar

INSTRUMEN EVALUASI FORMATIF
Judul Bahan Ajar : ...........
Mata Pelajaran : ...........
Penulis : ...........
Evaluator : ...........
Tanggal : ...........

Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai

No Komponen 1 2 3 4 5
KELAYAKAN ISI
1 Kesesuaian dengan SK, KD
2 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
4 Kebenaran substansi materi
5 Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan
6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial
KEBAHASAAN
7 Keterbacaan
8 Kejelasan informasi
9 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia
10 Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
SAJIAN
11 Kejelasan tujuan
12 Urutan penyajian
13 Pemberian motivasi
14 Interaktivitas (stimulus dan respond)
15 Kelengkapan informasi
KEGRAFISAN
16 Penggunaan font (jenis dan ukuran)
17 Lay out, tata letak
18 Ilustrasi, grafis, gambar, foto
19 Desain tampilan
Komentar/saran evaluator:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran.
READ MORE - Panduan Pengembangan Bahan ajar

Modul LAN 1

SMK-TI TRAINING
AND CERTIFICATION

PENGENALAN LAN
Pendahuluan
Kalo kita berbicara masalah internet, ada pandangan bahwa internet itu merupakan suatu hubungan antar komputer di seluruh dunia dengan pusat pada suatu komputer tertentu. Pandangan ini kurang benar, karena sebenarnya Internet merupakan kumpulan dari jaringan-jaringan besar ataupun kecil diseluruh dunia. Nah, sebagai awalan kita akan mepelajari bagian internet tersebut yaitu jaringan local.
Tujuan dari jaringan komputer adalah untuk menghubungkan jaringan-jaringan yang ada dalam jaringan tersebut sehingga informasi dapat ditransfer dari satu lokawi ke lokasi yang lain. Karena suat perusahaan memuliki keinginan/kebutuhan yang berbeda-beda maka terdapat berbagai cara jaringan terminal-terminal dapat dihubungkan. Struktur Geometric ini disebut dengan LAN Topologies.
Terdapat enam Network Topologi yaitu :
 Star
 Mesh
 Ring
 Bustree
 Hybrid
Setiap topologi memuliki karakteristik yang berdeda-beda dan masing-masing juga memiliki keuntungan dan kerugian. Topologi tidak tergantung kepada medianya dan setiap topologi biasanya menggunakan media sbb :
- Twisted pair
- Coaxial cable
- Optical cable, atau
- Wireless.
Physical Topologi adalah bagaimana kabel digelar sedangkan Logical Topologi adalah bagaimana jaringan (network) bekerja pada ‘physical wiring’. Harus diingat bahwa representasi secara logical dari suatu topologi mungkin bias sangat berbeda dengan implementasi secara fisiknya (physical implementation).
Sebagai contoh semua workstation dalam suatu token ring, secara logical dihubungkan secara ring. Akan tetapi secara fisik setiap station dihubungkan (attached) ke ‘central hub’, seperti sebuah star topologi.
1. Topologi Jaringan
1.1 Topologi Bus atau Daisy Chain
Topologi ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
• merupakan satu kabel yang kedua ujung nya ditutup, dimana sepanjang kabel terdapat node-node
• umum digunakan karena sederhana dalam instalasi
• signal melewati kabel dalam dua arah dan mungkin terjadi collision
• problem terbesar pada saat kabel putus. Jika salah satu segmen kabel putus, maka seluruh jaringan akan terhenti.


Topologi Bus



1.2 Topologi Ring
Topologi ini mempuyai karakteristik sebagai berikut:
• lingkaran tertutup yang berisi node-node
• sederhana dalam layout
• signal mengalir dalam satu arah, sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision (dua paket data bercampur), sehingga memungkinkan pergerakan data yang cepat dan collision detection yang lebih sederhana
• problem: sama dengan topologi bus
• biasanya topologi ring tidak dibuat secara fisik melainkan direalisasikan dengan sebuah consentrator dan kelihatan seperti topologi star


Topologi Ring
1.3 Topologi Star
Topologi ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
• setiap node berkomunikasi langsung dengan central node, traffic data mengalir dari node ke central node dan kembali lagi.
• mudah dikembangkan, karena setiap node hanya memiliki kabel yang langsung terhubung ke central node
• keunggulan : jika satu kabel node terputus yang lainnya tidak terganggu
• dapat digunakan kabel yang “lower grade” karena hanya menghandel satu traffic node, biasanya digunakan kabel UTP


Topologi Star
1.4 Topologi Mesh
MESH topologi dibangun dengan memasang link diantara atation-station. Sebuah ‘fully-connected mesh’ adalah sebauh jaringan dimana setiap terminal terhubung secara langsung ke semua terminal-terminal yang lain. Biasanya digunakan pada jaringan komputer kecil. Topologi ini secara teori memungkinkan akan tetapi tidak praktis dan biayanya cukup tinggi untuk di-implementasikan. Mesh topologi memiliki tingkat redundancy yang tinggi. Sehingga jika terdapat satu link yang rusak maka suatu station dapat mencari link yang lainnya.



1.5 Topologi TREE
Tree topologi dibangun oleh Bus network yang dihubungkan secra bersama-sama. Contoh : setiap gedung dalam suatu kampus memiliki Bus Network yang telh terpasang, maka setiap network dapat disambungkan secara bersama untuk membentuk sebuah tree teknologi yang bisa mengcover semua kampus. Karena tree topologi terdiri dari Bus topologi yang dihubungkan secra bersama maka tree topologi memiliki karakterisitik yang sama dengan Bus topologi.
Dia dapat mensupport baik baseband maupun broadband signaling dan juga mensupport baik contention maupun token bus access.
HYBRID
Hybrid Network adalah network yang dibentuk dari berbagai topologi dan teknologi. Sebuah hybrid network mungkin, sebagi contoh, diakibatkan oleh sebuah pengambil alihan suatu perusahaan. Sehingga ketika digabungkan maka teknologi-teknologi yang berbeda tersebut harus digabungkan dalam sebuah network tunggal. Sebuah hybrid network memiliki semua karakterisitik dari topologi yang terdapat dalam jaringan tersebut.
READ MORE - Modul LAN 1

Jaringan Komputer

Laporan Tugas Akhir Jaringan Komputer

PERBANDINGAN IP ADDRESS V.4 dan V.6

Disusun Oleh :

Desta Fatihayati (09061002054)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2008
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Latar belakang dibuatnya laporan ini adalah sebagai salah satu bentuk tugas akhir yang harus di lakukan setiap mahasiswa di akhir perkuliahan mata kuliah Jaringan Komputer Fasilkom UNSRI. Tetapi terdapat manfaat tersendiri bagi mahasiswa yang bersangkutan yaitu mempersiapkan mahasiswa agar terbiasa membuat tulisan ilmiah, persiapan untuk menulis KP / TA, mahasiswa dapat merangkum/ menganalisa/ membandingkan dan menuliskannya kembali dalam bahasa ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan tulisannya tersebut serta tentu saja untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Jaringan Komputer.
Atas pertimbangan tertentu Saya memilih “Perbandingan IP Address V.4 dan V.6” sebagai judul tugas akhir Saya. Hal ini disebabkan karena istilah-istilah Jaringan Komputer, seperti IP Address dalam kehidupan di era Teknologi Informasi ini sudah hal yang sangat melekat dikalangan masyarakat. Maraknya peralatan yang berbasiskan Jaringan Komputer dengan protokol IP, baik itu computer itu sendiri maupun peralatan lainnya seperti handphone, camera, handycam, dan peralatan lain, menjadi pemicu melekatnya istilah Jaringan Komputer. Permasalahan yang muncul adalah semakin banyaknya peralatan memaksa masyarakat untuk tidak hanya mampu sebagai pengguna saja. Kondisi tersebut memaksa masyarakat di era Teknologi Informasi ini mempunyai kemampuan dalam hal perancangan sistem Jaringan Komputer.

I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan pembuatan tugas akhir ini dimaksudkan agar Kami sebagai mahasiswa Teknik Informatika, dapat memahami, mendalami dan mengimplementasikan ilmi-ilmu dibidang Jaringan Komputer yang telah Kami dapat dibangku perkuliahan.
Sedangkan tujuan dari Perbandingan IP Address V4 dan V6 ini sendiri antara lain :
a. Untuk mengetahui Pembagian Kelas Ipv4 dan Ipv6
b. Untuk mengetahui Format Alamat Ipv4 dan Ipv6
c. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan Ipv4 dan Ipv6
d. Untuk mengetahui Modul Ipv4 dan Ipv6
e. mengetahui sejarah Ipv4 dan Ipv6
f. serta penggunaannya


I.3 Metode Penelitian Tugas Akhir
Metode yang di gunakan dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah dengan literature. Saya mengumpulkan berbagai sumber yang berhubungan dengan IP address V4 maupun V6, baik itu di dapatkan dengan browsing, forum-forum maupun sumber-sumber literature tertulis (buku).


BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam membuat Tugas Akhir ini saya menggunakan dasar-dasar teori jaringan komputer sebagai bahan acuan. Berikut adalah dasar-dasar teori jaringan yang digunakan dalam laporan ini. penggabungan Teknologi Komputer dan Komunikasi sangat berpengaruh terhadap bentuk organisasi Sistem Komputer. Suatu konsep “pust komputer” adalah merupakan konsep yang sudah ketinggalan zaman. Model Komputer tunggal yang melayani seluruh tugas-tugas komputasi telah diganti dengan sekumpulan komputer berjumlah banyak yang terpisah-pisah tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan tugasnya, sistem tersebut yang di sebut dengan Jaringan Komputer (computer network).

II.1 Konsep Dasar IP
a. Merupakan Sekumpulan protokol yang terdapat di dalam jaringan komputer yang digunakan untuk berkomunikasi atau bertukar data antar komputer.
b. Merupakan protokol standart pada jaringan internet yang menghubungkan banyak komputer yang berbeda jenis mesin maupun sistem operasi agar dapat berinteraksi satu sama lain.

II.2 Layanan yang diberikan
o Pengiriman file (File Transfer). File Transfer Protokol (FTP) memungkinkan user dapat mengirim atau menerima file dari komputer jaringan.
o Remote Login. Network Terminal Protokol (telnet). Memungkinkan user untuk melakukan login ke dalam suatu komputer di dalam jaringan.
o Computer Mail. Digunakan untuk menerapkan sistem e-mail.
o Protokol yang digunakan:
o SMTP (Simple Mail Transport Protokol) untuk pengiriman email
o POP (Post Office Protokol) dan IMAP (Internet Message Access Control) untuk menerima email
o MIME (Multipurpose Internet Mail Extensions) untuk mengirimkan data selain teks
o Network File System (NFS). Pelayanan akses file jarak jauh yang memungkinkan klien untuk mengakses file pada komputer jaringan jarak jauh walaupun file tersebut disimpan lokal.
o Remote Execution. Memungkinkan user untuk menjalankan suatu program dari komputer yang berbeda.
o Name Servers. Nama database alamat yang digunakan pada internet.
o IRC (Internet Relay Chat). Memberikan layanan chat
o Streaming (Layanan audio dan video). Jenis layanan yang langsung mengolah data yang diterima tanpa menunggu mengolah data selesai dikirim.

II.3 Cara Kerja IP
o IP bertanggung jawab setelah hubungan berlangsung. Tugasnya adalah untuk merutekan paket data di dalam network. IP hanya bertugas menjadi kurir dari TCP dan mencari jalur yang terbaik dalam penyampaian datagram. IP “tidak bertanggung jawab” jika data tersebut tidak sampai dengan utuh, namun IP akan mengirimkan pesan kesalahan melalui ICMP (Internet Control Message Protokol) dan kemudian kembali ke sumber data.
o Karena IP hanya mengirimkan data tanpa mengetahui urutan data mana yang akan disusun berikutnya, maka menyebabkan IP mudah untuk dimodifikasi di daerah sumber dan tujuan datagram.

II.4 Sifat IP
IP (Internet Protokol) memiliki sifat yang dikenal sebagai
o Unreliable
Protokol IP tidak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tempat tujuan.
o Connectionless
Proses pengiriman paket dari tempat asal ke tempat tujuan tanpa handshake terlebih dahulu.
o datagram delivery service
Setiap paket data yang dikirim adalah independen terhadap yang lain.

II.5 Format Datagram IP
Version Header Length Type of Service Total Length of Diagram
Indetification Flags Fragment Offset
Time To Live Protokol Header Checksum
Source IP Address
Destination IP Address
Options
Strict Source Routing, Loose Source Routing
Data

a. Version, bersisi versi dari IP yang dipakai
b. Header Length, berisi panjang dari header paket IP ini dalam hitungan 32 bit word
c. Type of service, berisi kualitas service yang dapat mempengaruhi cara penanganan paket IP ini.
d. Total Length of Datagram, panjang IP datagram total dalam ukuran byte.
e. Identification, Flag dan Fragment Offset, berisi beberapa data yang berhubungan dengan fragmentasi paket.
f. Time to Live, berisi jumlah router/hop maksimal yang boleh dilewati paket IP.
g. Protocol, mengandung data yang mengidentifikasikan protokol layer atas pengguna isi data dari paket IP.
h. Header Checksum, berisi nilai checksum yang dihitung dari seluruh field dari header paket IP.
i. IP Address penerima dan pengirim, berisi alamat pengirim dan penerima paket.
j. Strict Source Route, berisi daftar lengkap IP Address dari router yang harus dilalui oleh paket ke host tujuan.
k. Loose Source Route, paket yang dikirimkan harus singgah di beberapa router yang telah ditentukan.



BAB III
PEMBAHASAN


TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) termasuk dalam deretan protocol komunikasi yang di gunakan untuk menghubungkan host-host pada jaringan internet. TCP/IP menggunakan banyak protocol di dalamnya, adapun protocol utamanya adalah TCP dan IP. TCP/IP di bangun pada system operasi UNIX dan di gunakan oleh internet, untuk memancarkan data keluar dari jaringan sendiri ke jaringan yang di atasnya. TCP/IP menangani komunikasi jaringan antara node-node pada jaringan. sehingga TCP/IP termasuk salah satu dari sekian banyak bahasa komunikasi computer yang ada untuk melakukan komunikasi antar computer, hal itu di karenakan untuk dapat di katakana mampu berkomunikasi adalah harus mempuyai bahasa yang sama, dalam hal ini menggunakan protocol yang sama, walaupun jenis computer dan system operainya berbeda sekalipun tidak masalah.
Jika di asumsikan jenis computer berbeda adalah orang yang berasal dari lokasi yang berbeda misalnya orang bersuku Sunda dan orang besuku Padang melakukan komuniksai, komuniksi akan berhasil jika kedua orang tersebut menggunakan bahasa yang sama, menggunakan bahasa Indonesia bikan menggunakan bahasa setempat masing-masing. computer PC dengan system operasi Windows XP dapat berkomunikasi dengan computer Sun SPARC dengan system operasi Solarys, kondisi ini di mungkinkan karena keduanya menggunakan protocol TCP/IP dan terhubung langsung pada satu jaringan yang sama naik local maupun internet sekalipun.
TCP/IP pada awalnya di kembangkan oleh suatu departemen pertahanan (Department of Defense / DOD) di Amerika. Dalam risetnya mampu merancang hubungan antar jaringan yang berbeda. Itu adalah pada awal suksesnya dari keberhasilan riset tersebut di buat berapa jasa dasar yang semua orang butuhkan seperti file transfer, electronic mail, remote logon kesejumlah client lain dan system server. Beberapa computer dalam lingkungan departemen yang kecil dapat menggunakan TCP/IP bersamaan dengan protocol lainnya pada system LAN yang sama. Komponen akan meroutingkan dari jaringan dlaam departemen ke jaringan perusahaannya, kemudaian di lanjutkan ke jaringan regional nya dan akhirnya ke jaringan global internet.
Seperti halnya protocol-protokol komunikasi yang lain, TCP/IP memiliki lapisan-lapisan, adapun lapisannya terdiri atas lapisan :
o IP – bertanggung jawab atas perpindahan packet data antar node.Ip akan menerusakan packet dengan basis 4 byte address tujuan (nomor IP). Internet memberikan otoritas pendelegasian kelompok penomoran IP untuk setiap organisasi yang berbeda. Untuk kebutuhan pengoperasian IP di lakukan melalui mesin gateway yang selanjutnya oleh mesin gateway akan diatur kemana data harus dikirim, apakah kejaringan dalam yang di bawahnya atau jaringan luar yang di atasnya, yang selanjutnya di mungkinkan data berpindah ke seluruh penjuru dunia.

o TCP – bertanggungjawab atas pengujian penyerahan dat dari client ke server. Data dapat saja hilang di antara jaringan. TCP memiliki penambahan dukungan untuk mel;akukan deteksi error atau kehilangan data dan memungkinkan memperbaiki error atau mengembalikan kehilangan data tersebut, sehingha datadapatdi terima sepenuhnya pada sisi penerima.

o Socket – adalah suatu nama yang di berikan pada paket dari subroutine guna penyediaan akses ke TCP/IP pada banyak system.

TCP/IP merupakan protocol yang di terima luas dan praktis menjadi standart de facto jaringan computer berkaitan dengan ciri-ciri yang terdapat protocol itu sendiri :
• Protocol TCP/IP di kembnagkan menggunak nstandart protocol yang terbuka.
• Standart protocol TCP/IP dalam bentuk request for comment (RFC) dapat di ambil oleh siapapun tanpa biaya, untuk RFCsatandart TCP/IP adalah [RFC:793,791].
• TCP/IP dikembnagkan dengan tidak tergantung pada system operasi atau perangkat keras tertentu.
• Pengembangan TCP/IP dilakukan dengan consensus dan tidak tergantung vendor tertentu.
• TCP/IP independent terhadap perangkat keras jaringan dan dapat di jalankan pada jaingan Ethernet, token ring, jalur telpon dial-up, jaringan X.25, dan praktis jenis media transmisi apapun (wired ataupun wireless).
• Pengalamatan TCP/IP bersifat unik dalam skala global. Dengan cara ini, kokputer dapat saling terhubung walaupun jaringan seluas internet sekarang ini.
• TCP/IP memiliki fasilitas routing yang meungkinkan sehingga dapat di terapkan pada internetwork.
• TCP/IP meiliki banyak jenis layanan.

SEJARAH TCP/IP

Seperti yang sudah disinggung pada bagian awal bahwa TCP/IP pada awalnya di kembangkan oleh suaru departemen pertahanan (Department of Defense atau DOD) di Amerika, yaitu pada tahun 1969 Lembaga Riset Departemen Pertahanan Amerika yaitu DARPA (Defence Advance Research project Agency), memberikan dan sebuah riset pengembangan jaringan komunikasi data antar computer. Tujuan riset adalah pengembangan aturan komunikasi antar computer yang manpu bekerja secara transparan, melalui bermacam-macam jaringan komunikasi yang telah terpasang dan tahan terhadap berbagai gangguan alam. Reset tersebut dan melahirkan ARPAnet, sehingga pad tahun 1972 ARPAnet mendemonstrasikan hasil riset tersebut di depan peserta the First International Conference on Computer Communications dengan menghubungkan 40 node.
Dalam perjalanan masaARPAnet semakin besar, protocol yang digunakan pada waktu itu NCP(Network Communication Protocol) sudah tidak mampu menampung node computer yang sudah semakin besar. DARPA selanjutnya memberikan dana riset untuk masalah tersebut, dengan tujuan membuat protocol yang lebih umum. MAka lahirlah protocol TCP/IP, yang selanjutnya pada tahun 1982 oleh DARPA dan pada tahun 1983 oleh ARPAnet menyatakan protokool TCP/IP di nyatakan menjadi standart untuk jaringan. Sebuah perusahaan BBN(Bolt Beranek Newman) membuat TCP/IP berjalan di atas computer dengan system operasi Unix, dan pada saat itulah Unix dan TCP/IP di kawinkan.
Dari keberhasilan yang telah di capainya, pada tahun 1984 terjaring lebih dari 1000host di internet. Dan karena jaringan sudah semakin besar, system penamaan lama cara host table tidak realistis untuk mengatur system penamaan host, kemudian di perkenalkan system baru yaitu DNS (Domain Name System) dan di gunakan sampai saat ini.
Pada tahun 1986, Lembag Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika Serikat yaitu U.S.National Science Foundation (NSF) memberikan dana dalam pembuatan jaringan TCP/IP yang di namakan NSFnet. Jaringan ini di gunakan untuk menggabungkan 5 buah pusat computer super dan memungkinkan terhubungnya universitas-universitas di Amerika Serikat dengan kecepatan jaringan backbone sebesar 56kbps. Jaringan inilah yang kemudian menjadi embrio dari internet yang sekarang kita kenal.
Pada tahun 1987berdirilah UUnet yang saat ini merupakan salah satu provider utama internet. Dari catatan terakhir masa itu host yang terhubung lebih dari 10.000. Kurang lebih pada tehun 1988 NFSnet kecepatan jaringan backbone ditingkatkan menjadi 1,544nbps(T1), dan pada saat itu ada beberapa Negara di eropa telah masuk ke jaringan NSFnet tersebut. Perkembangan internet menjadi semakin luas dan sampai menjangkau Australia dan Selandia baru pada tahun 1989. Tercatat pada tahun tersebut telah terhubung 100.000 host lebih.

Pada tahun 1991 telah di temukan aplikasi yang berjalan di internet WAIS(Wide Area Information Srvers), GOPHER, dan aplikasi yang sekarang ini menjadi primadona penggunaan internet yaitu WWW(World Wide Web). Pada saat itu kecepatan jaringan backbone NSFt telah di itngkatkan menjadi 45mbfs(T3).
Dan berdasarkan catatan terakhir yang ada, yaitu pada tahun 1992 jumlah host di internet mencapai 1juta host, suatu angka yang cukup signifikan perkembangannya jika dilihat hanya dalam orde 10tahun kurang sejak di lahirkan protocol TCP/IP. Dan selanjutnjya belum ada catatn terakhir yang mamapu merekam jumlah host sekarang ini yan gtergabung di internet karena semakin luas dan luas, apalagi jika termasuk host yang berada dalam lingkup jaringan dalam (Private) juga di hitung selain jaringan publik(Public) tadi. Mungkin dapat dikatakan sekarang ini jumlah yang tersambung hamper sama dengan jumlah computer yang aktif di gunakan di dunia ini.
PROTOKOL

Protokol dapat di misalkan sebagai 2 orang yang berasal dari bangsa yang berbeda akan berdilaog dan berkomunikasi, kemudian keduanya hanya dapat mengerti dan berbicara dengan bahasa kebangsaannya masing-masing, sehingga dapat di pastikan bahwa tujuan dialog dan komunikasi tersebut tidak akan tercapai. Oleh karena itu agar dialog dan komunikasi dapat bverjalan dengan lancar maka masing-masing orang tersebut harus berdialog jasa penterjemah atau protocol.
Demikian juga halnya 2 komputer dari pabrik yang berbeda ketika akan berkomunikasi dengan caranya masing-masing juga tidak akan terselenggara dialog yang baik. Sehingga agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan tercapainya dialogyang di mengerti oleh kedua computer tersebut, maka harus menggunakan suatu protocol yang dapat digunakan secara umum.
Proltokol internet pertama kali di rancang pada awal tahun 1980an. Akan tetapi pada saat itu protocol tersebut hanya digunakan untuk menghubungkan beberapa node saja dan tidak diprediksikan akan tumbuh secara global seperti saat ini. Baru pada awal tahun 1990 an mulai di sadari bahwa internet mulai tumbuh ke seluruh dunia dengan pesat. Sehingga mulai banyak bermunculan berbagi jenis protocol yang di gunakan untuk beberapa kalangan tertentu. Dengan terciptanya banyak jenis protocol, maka timbul suatu masalah baru dimana jenis protocol dari sebuah pabrik tertentu tidak dapat saling berkomunikasi terhadap protocol jenis lain. Sehingga pad akhirnya suatu badan, yaitu International Standard Organisation(ISO) membuat standarisasi protocol yang saat ini di kenal dengan protocol model Open System Interconnection atau yang dikenal dengan OSI. Tetapi di karenakan model OSi ini adalah sebgai konsep dasar dan preferensi teori cara bekerja sebuah protocol, dalam perkembangannya protocol TCP/IP di gunak nsebagai standar de facto, yaitu standar yang di terima karena pemakainnya secar sendirinya semakin berkembang.

TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL(TCP)
TCP berfungsi untuk melakukan transmisi data per – segmen, artinya paket dat di pecah dalam jumlah yang sesuai dengan besaran packet kemudian di kirim satu hingga selesai. Agar pengiriman dat sampai dengan baik, maka pada saat setiap packet pengiriman, TCp akan menyertakan nomor seri (sequence number). Adapun komputer tujuan yang menerima packet tersebut harus mengirim balik senuah signal Acknowledge dalam satu periode yang di tentukan. Bila pad waktunya computer tujuan belum juga memberika ACK maka terjadi “time out” yang menandakan pengiriman packet gagl dan harus di ulang kembali. model protocol TCP di sebut sebagai connection oriented protocol. Berbeda pada model protocol UDP (User Datagram Protocol) disebut sebagai connectionless protocol.
Pada TCP terdapat port, port merupakan pintu masuk data gram dan packet data. Port data dibuat mulai dari port 0 sd port 65.536. Port 0 sampai dengan 1024 di sediakan untuk layanan standar, seperti FTP pada port 21, Telnet pada port 23, POP3 pada port 110, HTTP pada port 80 dan lainnya. Port ini lebih dikenal dengan nama wellknown port.

INTERNET PROTOCOL (IP)
IP address atau alamat IP yang bahasa awamnya bias disebut dengan kode pengenal computer pada jaringan merupakan komponen vital pada internet, karena tanpa alamat IP seseorang tidak akan dapat terhubung dengan internet. Setiap computer yang terhubung dengan internet setidaknya harus memiliki satu buah alamat IP pada setiap peangkat yang terhubung ke internet dan alamat IP itu sendiri harus Unik karena tidak boleh ada computer/server/perangkat jaringan lainnya yang menggunakan alamat IP yang sama di internet.
Alamat IP (IP v4) pada awalnya adalah sederetan bilangan biner sepanjang 32 bit yang di pakai untuk mengidentifikasi host pada jaringan. Alamat IP ini di berika secara unik pada masing-masing computer/host yang terhubung ke internet. prinsip kerjanya adalah packet-packet yang membawa data di muati alamat IP dari computer pengirim data kepada alamat IP pada computer yang akan di tuju, kemudian data trsebut dikirim ke jaringan. Packet-packet ini kemudian di kirim dari router ke router dengan berpedoman pada alamat IP tersebut menuju ke computer yang dituju. Seluruh computer/host yang tersambung ke internet, di bedakan hanya berdasarkan alamt IP ini, oleh karena itu tidak boleh terjadi duplikasi pada alamat IP untuk setiap yang terhubung ke ke jaringan internet.
Setelah IP v4 sukses penggunaanya oleh para pengguna internet, kemudian timbul suatu permasalahan baru dimana IP v4 hanya dapat menam[ung para pengguna internet sebanyak 4,3 milyar saja, sedangka ndi perkirakan pada beberapa tahun menjelang era globalisasi para pengguna internet akan mengalami lonjakan yang cukup tajam yang akhirnya akan membuat para pengguna internet baru akan kehabisan alamat IPv4. berdasarkan hal itulah kemudian di rancang internet protocol baru yang di namakan IPnext generation pada (IPng) tahun 1996 yang penggunaanya secara bertahap akan menggeser penggunaan dari IPv4 yang telah sukses sebelumnya.
IPng atau di sebut juga sebagai IPv6 sendiri adalah suatu protocol layer ketiga terbaru yang di ciptakan untuk menggantikan IPv4 atau yang sering di kenal sebagai IP. Alasan pertama dari penciptaan internet protocol version 6 (IPv6) ini adalah untuk mengoreksi masalah pengalamatan pada versi 4(IPv4). Karena kebutuhan akana alamat internet semakin banyak, maka IPv6 di ciptakan dengan tujuan untuk memberikan pengalamatan yang lebih banyak di bandingkan dengan IPv4, sehingga perubahan pada IPv6 masih berhubungan dengan pengalamatan IP sebelumnya.
Konsep pengalamatan pada IPv6 memiliki persamaan paad IP v4, akan tetapi lebih di perluas dengan tujuan untuk menciptakan system pengalamatan yang bias mendukung perkembangan internet yang semakin pesat dan penggunaan aplikasi baru di masa depan. Perubahan terbesar pada IPv6 adalah terdapat pada header, yaitu penungkatan jumlah alamat dari 32 bit(IPv4) menjadi 128bit(IPv6).

INTERNET PROTOCOL VERSION 4 (IPv4)

Internet Protocol addresss (alamat IP) merupakan suatu komponen vital dalam dunia internet, karena lamat IP dapat di katakana sebagai identitas dari pemakai internet, sehingga antara satu alamat dengan alamat lainnya tidak boleh sama. Pada awal perkembanagn internet di gunakan IPv4 yang penggunaanya masih di rasakan sampai sekarang.
Internet Protocol (IP) pada awalnya di rancang untuk memfasilitasi hubungan antara bebrapa organisasi yang tergabung dalam departemen pertahanan Amerika yaitu Advanced Research Project Agency(ARPA). Sebelum terciptanya internet protocol, jaringna memiliki peralatan dan protocol tersendiri yang di gunaka nuntuk saling berhubungan, sehingga mainframe vendor A tidak dapat berkomunikasi dengan minicomputer pada vendor Begitupun sebaliknya. Dari permasalahan tersebut, kemudian di buatlah suatu protocol yang dapat di gunakan secara umum untuk menyatukan berbagai perbedaan dalam penggunaan perangkat yang terhubung di dalam jaringan. Protocol tersebutlah yang sampai saat ini masih mendominasi dalam pemakaiannya oleh masyarakat banyak, yaitu internet protocol versi 4 (IPv4).
Pembagian Kelas IPv4
Pada IPv4 dapat di bagi menjadi 3 kelas yang tergantung dari besarnya bagian host, yaitu :
• Kelas A (bagian host sepanjang 24 bit, terdiri dari 16,7 juta host)
• Kelas B (bagian host sepanjang 16 bit, terdiri dari 65534 host)
• Kelas C (bagian host sepanjang 8 bit , terdiri dari 254 host)
Alamat IPv4 dapat juga di bagi menjadi 5 bagian, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Akan tetapi kelas yang paling banyak digunakan adalah kelas A, B dan C saja, karena kelas E di gunakan untuk alamat multicase yang tidak memilki network ID dan host ID, sedangkan kelas E di gunakan untuk penggunaan khusu. Berikut adalah gambar pembagian kelas dari alamat IPv4 .

Bit 0 8 16 24 32

Byte 1 Byte 2 Byte 3 Byte 4

0 network ID Host ID
kelas A

10 Network ID Host ID
kelas B

110 Network ID Host ID
kelas C

1110 Multicast Address
kelas D

1111 Digunakan untuk keperluan masa depan
kelas E

Untuk lebih jelasnya lagi dalam pembagian kelas dalam IPv4, maka dapat dilihat melalui table pembagian kelas IPv4
Table pembagian kelas IPv4

Bit
Inisial a Format Range a Jumlah
Kelas Kelas Bagian
Network Bagian
Host Guna
0… 0hhhhhhh.hhhhhhhh.
hhhhhhhh. hhhhhhhh 0-127 126 A A b,c,d Jaringan besar
10… 10hhhhhh.hhhhhhhh. hhhhhhhh. hhhhhhhh 128-191 16.384 B a,b c,d Jar.menengah
110… 110hhhhh.hhhhhhhh.
hhhhhhhh. hhhhhhhh 192-223 2.097.152 C a,b,c d Jar. kecil
1110… 1110mmmm.
mmmmmmmm.
mmmmmmmm.
mmmmmmmm 224-247 -0 D a,b,c d Cadangan:IPmulticasting
1111… 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.
rrrrrrrr 248-255 - E a,b,c d Cadangan : eksperimen

Untuk keperluan alokasi alamat Ip yang di gunakan untuk jaringan pribadi ( Private network), yang tidak di gunakan dalam internet (Public network), menurut RFC 1597 di atur sebagai berikut :

The internet assigned number authority (IANA) has reserved the three blocks of the IP address space for private network :
10.0.0.0
172.16.0.0
192.168.0.0 -
-
- 10.255.255.255
172.31.255.255
192.168.255.255 For class A
For class B
For class C

Subnetting IPv4
Subnet mask ialah angka biner 32 bit yang di gunakan untuk :
 membedakan network ID dan host ID
 menentukan letak suatu host, apakah berada di jaringan local atau di jaringan luar.
Kelas A
Kelas B
Kelas C 255.0.0.0
255.255.0.0
255.255.255.0 FF.00.00.00
FF.FF.00.00
FF.FF.FF.00

Catatan :
Aturan RFC 950 adalah, subnet-ID 0 (alamat subnet) dan subnet-ID tertinggi (alamat broadcast) tidak boleh di gunakan. daftar subnet yang di alokasikan adalah sebagai berikut :
Alamat Subnet Alamat Broadcast Range IP address
192.168.0.0
192.168.0.32
192.168.0.64
192.168.0.96
192.168.0.128
192.168.0.160
192.168.0.192.
192.168.0.224 192.168.0.31
192.168.0.63
192.168.0.95
192.168.0.127
192.168.0.159
192.168.0.191
192.168.0.223
192.168.0.255 192.168.0.1 s/d 192.168.0.30
192.168.0.33 s/d 192.168.0.62
192.168.0.65 s/d 192.168.0.94
192.168.0.97 s/d 192.168.0.126
192.168.0.129 s/d 192.168.0.158
192.168.0.161 s/d 192.168.0.190
192.168.0.193 s/d 192.168.0.222
192.168.0.225 s/d 192.168.0.254

Jika dengan subnet
11111111.11111111.1111111.00000000 =
FF.FF.FF.00 =
255.255.255.000

Pada subnet ID
192.168.0.0 / 24

Subnet yang dialokasikan adalah sebagai berikut :
Alamat Subnet Alamat Broadcast Range IP address
192.168.0.0 192.168.0.255 192.168.0.1 s/d 192.168.0.254

VLSM (Variabel Length Subnet Mask) memungkinkan pembagian ruang IP address secara rekrusif, contoh agregasi routingnya sebagai berikut :

192.168.0.0/27

192.168.0.0/24 192.168.0.32/27

192.168.1.0/24 ….

192.168.0.0/16 192.168.2.0/24


….


Untuk memperoleh alamat jaringan tersebut, maka administrator jaringan harus mengajukan permohonana jenis kelas berdasarkan skala jaringan yang di kelolanya. Konsep kelas ini memiliki keuntungan yaitu pengelolaaan route informasi tidak memerlukan seluruh 32 bit tersebut, melainkan cukup hanya bagian jaringan nya saja, sehingga besar informasi route yang di simpan di router, menjadi kecil. Setelah alamat jaringan di peroleh, maka organisasi tersebut dapat secara bebas memeberikan alamat bagian host pada masing-masing hostnya. Alasan pembagian kelas tersebut adalah :
• memudahkan sistem pengelolaan dan pengaturan alamat-alamat.
• memanfaatkan jumlah alamat yang ada secara optimum (tidak ada alamat yang terlewat).
• memudahkan pengorganisasian jaringan di seluruh dunia dengan memebedakan jaringan tersebut kategori besar, menengah, atau kecil.
• membedakan antara untuk jaringan dan alamat untuk host/router.

Format Alamat IPv4
Pemberian alamat dalam internet mengikuti format alamat IP (RFC1166). Alamat ini di nyatakan dengan 32bit(bilangan 0 dan 1) yang di bagi atas 4 bagian (setiap bagian terdiri dari 8 bit/octet) dan tiap kelompok di pisahkan dalam sebuah tanda titik. Untuk memudahkan pembacaan, penulisan alamat di lakukan dengan angka decimal, misalnya alamat IP 192.168.1.2 yang jika dinyatakan dalam bilangan biner menjadi 1100 0000.1010 1000.0000 0001.0000 0010. Dari 32 bit ini berarti banyaknya jumlah maksimum alamat yang dapat di tuliskan adalah 2 pangkat 32 atau 4.294.967.296 alamat.
Adapun format alamat IPv4 terdiri dari 2 bagian, netid dan hosted. Netid sendiri menyatakan alamat jamringan sedangkan hosted menyatakan alamat local(host/router). Akan tetapi dari 32 bit ini tidak boleh semuanya angka 0 atau 1(0.0.0.0 digunakan untuk jaringan yang tidak di kenal dan 255.255.255.255 digunakn untuk broadcast).
Sebagai contoh adalah :
Alamat IPv4 dalam bilangan biner :
11000000.10101000.00000001.00000010
Setelah di konversi ke bilangan decimal menjadi :
192.168.1.2

Pengalamatan IPv4
Alamat IP (dalam hal ini adalah IPv4) di gunakan untuk mengidentifikasi interface jaringan pada host computer. Untuk memudahkan kita dalam membaca dan mengingat suatu alamat IPv4, maka umumnya penamaan yang di gunakan adalah berdasarkan bilangan decimal atau sering di sebut sebagai notasi dotted decimal.
IPv4 memilki sifat yang di kenal sebagai : unriable, connectionless, datagram delivery service. IP address merupakan bilanagan biner 32 bit yang di pisahkan dengan oleh tanda pemisah berupa titik setiap 8 bit nya. Tiap 8 bit ini di sebut sebagai octet. Bentuk IP address adalah sebagai berikut :
(setiap symbol ”x” dapat di gantikan dengan angka 0 atau 1)
xxxxxxxx. xxxxxxxx. xxxxxxxx. xxxxxxxx.
Alamat IP dapat dibagai menjadi 2 bagian, yaitu :
Network ID Host ID

Network Address Translation (NAT)
Keterbatasan alamat pada IPv4 merupakan maslah pada jaringan global atau internet. Untuk memksimalkan menggunakqn alamat IP yang di berikan oleh internet service provider (ISP) maka dapat digunakan Network Address Translation atau sering di singkat dengan NAT. NAT membuat jaringan yang menggunakan alamat local(private), alamat yang tidak boleh ada dalam table routing internet dan di khusukan untuk jaringan local/internet, agar dapat berkomunikasi ke internet dengan jalan meminjam alamat IP internet yang di alokasikan oleh ISP.
Dengan teknologi NAT maka di mungkinkan alamat IP local/private terhubung dengan jaringan public seperti internet sebuah router NAT di tempatkan antara jaringan local(inside network) dan jaringan public (outside network), dan mentranslasikan alamat local/internal menjadi alamat IP global yang unik sebelum mengirimkan paket ke jaringan luar seperti internet. Sehingga dengan NAT,jaringan internal/local tidak akan terlihat oleh dunia luar/internal.
a. Pembagian Nat
Nat dapat di bagi menjadi 2, yaitu :
1). Static
Translasi static terjadi ketika sebuah alamat local (inside) di petakan kepada sebuah alamat global/internet(outside). Alamat local dan global tersebut di petakan 1 lawan 1 secara statistic.
2). Dinamik
o NAT dengan kelompok
Translasi dinamik terjadi ketika router NAT di set untuk memahami alamat local yang harus di translasikan, dan kelompok (POOL) alamt global yang akan di gunakan untuk terhubung ke internet. Proses NAT dinamik ini dapat memetakan beberap kelompok alamat local ke beberapa kelompok alamat global.
o Nat overload
Sejumlah IP local internal dapat di translasikan ke suatu alamat IP global(outside). Hali ini sangat menghemat penggunaan alokasi IP dari ISP. Sharing/pemakaian bersama 1 alamat Ip ini menggunakan methode port multiplexing, atau perubahan port ke packet outbound.
b. Keuntungan dan Kerugian NAT
Nat sangan berguna/penting untuk mentranslasikan alamat IP. sebagai contoh apabila akan berganti ISP atau menggabungkan 2 internet(2 perusahaan) maka di harmuskan untuk merubah alamat IP internal. Akan tatapi dengan menggunkan teknologi Nat maka di mungkinkan untuk menambah alamat IP tanpa merubah alamat IP pada host atau computer. Dengan demikian akan menghilangkan duplicate IP tanpa pengalamatan kembali host atau computer.
Berikut adalah table keuntungan dan Kerugian dari penggunaan NAT :
Keuntungan Kerugian
Menghemat alamat IP legal yang di tetapkan oleh NIC atau servis provider Translasi menimbulkan delay switching
Mengurangi terjadinya duplicate alamat jaringan Menghilangkan kemampuan trace(traceability) end to endip
Meningkatkan fleksibilitas untuk koneksi ke internet Aplikasi tertentu tidak dapat langsung berjalan jika menggunkan NAT, perlu penyesuaian
Menghindarkan proses pengalamatan kembali (readdressing) pada saat jaringan berubah

DHCP (Dynamic Host Configuratio Protocol)
DHCP merupakan salah satu keunggulan dari teknolohi IPv4, dimana dengan DHCP tersebut alamat IP dan subnet mask dapat di berikan secara otomatis oleh server ketika computer baru akan terhubung ke dalam suatu jaringan. DHCP sendiri berfungsi untuk memberikan IP address secara otomatis paad computer yang menggunak protocol TCP/IP. DHCP berkerja dengan relasi client-server, dimana DHCP server menyediakan suatu kelompok IP address yang dapat di berikan pada DHCP client. Dalam memberika IP address ini DHCP hanya meminjamkan IP address tersebut. Jadi pemberian Ip address ini berlangsung secara dinamis.

Keamanan IPv4
Saat ini metode dengan menggunakan S-HTTP(Secure-HTTP) untuk pengiriman nomor kartu kredit, ataupun data pribadi dengan mengenkripsinya, mengenkripsi email dengan PGP (Pretty Good Privacy) telah dipakai secara umum. Akan tetapi cara di atas adalah security yang di tawarkan oleh aplikasi. Dengan kata lain bila ingin memakai fungsi tersebut maka kita harus memakai aplikasi tersebut. Jika membutuhkan security pada komunikasi tanpa tergantung pada aplikasi tertentu maka di perlukan fungsi security pada layer TCP atau IP, karena IPv4 tidak mendukung fungsi keamanan ini kecuali di pasang suatu aplikasi khusus agar bisa mendukuing security.

Modul IPv4
Pada Redhat Linux versi 9, modul IPv4 telah terinstal secara langsung dengan status enabled. Oleh karena itu tidak di perlukan teknik tamabahan lagi untuk melakukan pengkonfigurasian pada modul IPv4.
Setting alamat IPv4
Untuk melakukan setting atau melakukan perubahaan alamat IPv4 dapat dilakukan melalui terminal Linux dengan memasukkan format perintah sebagai berikut :
/ifconfig netmask
Pada format perintah di atas berfungsi untuk melakukan perintah perubahan alamat IPv4dan subnetnya pada interface yang digunakan. Adapun interface yang di gunakan pada komputer1 dan 2 adalah eth0, sehingga perintah perubahan alamat IPv4 dapat menjadi :
[root@localhost root]# ifconfig eth0 192.168.2.1
netmask 255.255.255.0
Pada perintah perubahan alamat IPv4 tersebut, dimasukkan alamat IPv4baru dengan alamat 192.168.2.1 serta alamat subnet 255.255.255.0 karena menggunakan kelas C pada suatu interface bernama eth0.
Setelah memasukkan perintah untuk merubah alamat IPv4 tersebut, maka selanjutnya dapat di lakukan pengecekjan apakah alamat IPv4 yang telah di masukkan telah berhasil atau tidak denga menggunakan perintah “ifconfig” sebagai berikut :
[root@localhost root]#ifconfig
eth0 link encap : Ethernet HWaddr 00:11:95:60:24:08
inet addr :192.168.2.1 Bcast : 192.168.2.255
Mask : 255.255.255.0
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU : 1500
Metric : 1
RX packets : 23 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Frame : 0
TX packets : 10 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Carrier : 0
Collisions : 0 txquelen : 100
RX bytes :2572 (2.5 Kb) TX bytes:700 (700.0 b)
Interupt : 10 Base address:0x3000


lo link encap : Local Loopback
inet addr :127.0.0.1 Mask : 255.255.255.0
UP LOOPBACK RUNNING MTU : 16436
Metric : 1
RX packets :8565 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Frame : 0
TX packets : 8565 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Carrier : 0
Collisions : 0 txquelen : 100
RX bytes :584702 (570.9 Kb) TX bytes: 584702 (570.9 Kb)


Dengan perintah ifconfig tersebut,maka jelas terlihat bahwa proses perubahan alamat IPv4 yang dilakukan sebelumnya telah berhasil (di tinjukkan pada karakter panah).
Untuk perubahan alamat pada computer 2, dapat dilakukan dengan perintah yang sama pada computer 1, akan tetapi dengan alamat IPv4 yang berbeda yaitu 192.168.2.2 dan subnet 255.255.255.0

Akhir dari IPv4
Dengan perkembangan Internet dan jaringan akhir-akhir ini telah membuat internet protocol (IP) yang merupakan tulang punggung networking berbasis TCP/IP dengan cepat menjadi ketinggalan zaman, saat ini berbagai macam apliksi yang menggunakan internet, di antaranya transfer file (FTP), surat elektronik(e-mail), akses jarak jauh(telnet), multimedia menggunakan internet, Voice Over Internet Protocol (VOIP), dan lain senagainya, membuat pemakainy dapat melampaui kapasitas jaringan berbasis IP untuk mensuplai layanana dan fungsi yang di perlikan tersebut. Sehingga di pekirakan bahwa 7 tahun mendatang alamat IPv4 Akan habis terpakai dan secara perlahan akan di kurangi penggunaanuya Karena tidak mampu lagi menfasilitasi perkembangan internet yang terbaru.
Hal ini mendorong para ahli untuk merumuskan internet protocol baru untuk menaggulangi keterbatasan resource Internet Protocol yang sudah muali habi serta menciptakan suatu Internet Protocol yang memiliki fungsi security yang dapat di andalkan (reliability).


INTERNET PROTOCOL VERSION 6 (IPv6)

Penggunaan IPv6 yang memilki nama lain IPng (IP next generation) pertama kali di rekomendasikan pada tanggal 25 juli di Toronto pada saat pertemuan IETF. Perancanagan dari IPv6 ini di latarbelakangi oleh keterbatasan pengalamatan IPv4 yang saat ini memiliki panjang 32 bit dirasa tidak dapat menangani seluruh pwngguna internet di masa depan akibat dari pertumbuhan jaringan pengembangan jaringan khususnya internet.

Keunggulan IPv6
IPv6 memiliki berbagai keunggulan di bandingkan denga IPv4. Adapun keunggulan dari IPv6 adalah :
a. Otomatisai setting(stateless less auto configuration).
Alamat pada IPv4 pada dasaranya statis terhadap host. Biasanya di berikan secara berurut pada host. Memang saat ini hal ini bias di lakukan secara otomatis dengan menggunakan DHCP, tetapi hal tersebut pada IPv4 merupakan fungsi tambahan saja, sebaliknya pada IPv6 fungsi untuk mensetting secara otomatis di sediakan secara standard dan merupakan default nya. Pada setting otomatis ini terdapata 2 cara tergantung dari penggunaan address, yaitu setting otomatis stateless dan statefull.
b. Setting otomatis stateless
Cara ini tidak perlu menyediakan server untuk pengelolaan dan pemabgian IP address, hanya mensetting router saja di mana host yang telah tersambung di jaringan dari router yang ada pada jaringan tersebut memperoleh prefix alamat dari jaringan tersebut. Kemudian host menambah pattern bit yang di peroleh dari informasi yang unik terhadap host, lalu membuat IP address sepanjang 128 bit dan menjadikannya sebagai alamat IP dari host tersebut.
c. Setting otomatis statefull
Merupakan pengelolaan secara ketat dalam hal range IP address yang di berikan pada host dengan menyediakan server untuk pengelolaan keadaan alamat IP, Dimana cara ini hamper mirip dengan cara DHCP pada IPv4. Pada saat melakukan setting secara otomatis, informasi yang di butuhkan antara router, server dan host adalah ICMP(Internet Control Message Protocol) yang telah di perluas. Pada ICMP dalam IPv6 ini termasuk pula IGMP(Internet Group Management Protocol) yang di pakai pada multicast dalam IPv4.



Keamanan IPv6
Pada IPv6 telah mendukung komunikasi komunikasi terenkripsi maupun authentification pada layer IP. Dengan memilki fungsi security pada IP itu sendiri, maka dapat di lakukan hal seperti packet yang di kirim dari host tertentu seluruhnya di enkripsi. Pada IPv6 untuk authentification dan komunikasi terenkripsi memakai header yang di perluas ynag di sebut AH (Authentification Header) dan payload yang di enkripsi yang disebut ESP (Encapsulating Security Payload). Pada komunikasi yang memerlukan enkripsi kedua atau salah satu header tersebut di tambahkan.
Fungsi security yang di pakai pada layer aplikasi, mislnya pada S-HTTP dipaakai SSL sebagai metode enkripsi, sedangkan pada PGP memakai IDEA sebagai metode enkripsinya. Sedangkan manajemen kunci memakai cara tertentu pula. Sebaliknya, pada IPv6 tidak di tetapkan cara tertentu dalam metode enkripsi dan manajemen kunci, sehingga mnejadi fleksibel dapat memakai metode manapun.Hal ini di kenal sebagai Sh(Security Assocaition). Fungsi Security pada IPv6 selain pemakaian pada komunikasi terenkripsi antar sepasang host dapat pula melakukan komunikasi terenkripsi antar jaringan dengan cara menenkripsi paket oleh gateway dari 2 jaringan yang melakukan komunikasi tersebut.

Pengalamatan IPv6
Seperti diketahui sebelumnya, IPv6 di ciptakan untuk menangani masalah-masalah yang terdapat pada IP, akan tetapi perubahan dan penambahan pada IPv6 tersebut di buat tanpa melakukan perubahan pada core sebenarnya dari IP itu sendiri. Addressing atau pengalamatan merupakan perubahan yang mencolok yang dapat di lihat dari perbedaan antara IPv6dengan IPv4, akan tetapi perubahan tersebut merupakan hal bagaimana pengalamatan tersebut di implemntasikan dan di gunakan.
a. Karakteristik Model pengalamatan IPv6
Secara umum karakteristik model pengalamatan model pada IPv6 memiliki dasar yang sama dengan pengalamatan IPv4. Berikut adalah karakteristik model dari pengalamatan IPv6 :
o Core Function of Addressing (Fungsi Inti dari Pengalamatan)
2 Fungsi utama dari pengalamatan adalah network interface identification dan routing. Routing merupakan suatu kemudahan untuk melakukan proses struktur dari pengalamatan pada internetwork.
o Network Layer Addressing (Pengalamatan Layer Jsaringan)
Pengalamatan IPv6 masih berhubungan satu dengan yang lainnya dengan network layer pada jaringan TCP/IP dan langsung dari alamat data link layer (sering disebut phsycal).
o Jumlah pengalamatan IP per device (alat)
Pengalamatan biasanya di gunakan untuk menandai perangkat jaringan sehingga setiap computer yang terhubung biasanya akana memilki 1 alamat(unicase), dan router dapat memilki lebih dari satu alamat untuk masing-masing physical network yang terhubung.
o Address Innerpretation and Prefix Representation
Alamat IPv6 memiliki kesamaan kelas dengan alamat IPv4 dimana masing-masing memiliki bagian network identifier dan bagian host identifier. Jumlah panjang prefix digunakan untuk menyatakan panjang dari network ID itu sendiri(prefix length)
o Private and Public Address
Kedua type dari alamat tersebut terdapat pada IPv6, walaupun kedua type tersebut di definisikan dan di gunakan untuk keperluan yang berbeda.

b. Type Alamat Pendukung IPv6
Satu perubahan penting yang terdapat pada model pengalamatan dari IPv6 adalah type alamat yang di dukungnaya. Pada IPv4 hnaya mendukung 3 type alamat seperti : unicast, multicast, dan broadcast dengan actual traffic yang paling banyak di gunakan adalah alamat unicast. IP multicast pada IPv4 tidak di kembangkan untuk keperluan luas sampai beberapa tahun setelah internet di luncurkan dan terus berlanjut dengan beberapa isu yang menghambat dari perkembangannya. Sedangkan IP broadvast memiliki beberapa alas an yang di tolak dengan alas an performansi (performance).
Pada IPv6, juga memiliki 3 type alamat seperti IPv4 akan tetapi dengan beberapa perubahan. Type alamat IPv6 terbagi mnjadi 3, yaitu : unicast, multicast, dan anycast. Selain ke tiga pembagian type alamat tersebut, IPv6 juga memilki 1 type alamat lagi yang di gunakan untuk keperluan di masa yang akan dating yang dinamakan dengan reserved.
a. Alamat Unicast
Alamat Unicast digunakan untuk komunikasi 1 lawan 1 dengan menunjuk 1 host. Alamat Unicast dapat di bagi menjadi 4 bagian yaitu :
>>. Alamat Global
>>. Alamat Link Lokal
>>. Site Lokal
>>. Compatible
b. Alamat Multicast
Alamat Multicast di gunakan untuk komunikasi 1 lawan banyak dengan menunjuk host dari group.
c. Alamat Anycast
Alamat Anycast digunkan ketika suatu paket harus dikirimkan kebeberapa member dari group dan bukan mengirimkan ke seluruh member dari group atau dapat juga di katakana menunjuk host dari group, tetapi paket yang dikirim hanya pada satu host saja.

c. Ukuran Alamat IPv6
Secara teori ukuran/panjang dari alamat IP mempengaruhi jumlah alamat yang tersedia. Semakin panjang alamat IP maka semakin banyak pula ruang alamat yang tersedia untuk pemakainya. Seperti diketahui bahwa jumlah lamat IPv4 sangatlah kecil untuk mendukung teknologi Internet di mass depan dimana hal ini merupakan implikasi dari bagaimana alamat internet tersebur di gunakan.
Berbeda dengan IPv6. dengan alas an utnuk mengatasu kekurangan akan alamat pada internet, maka IPv6 menggunakan ukuran alamt sebesar 128 bit yang di bagi menjadi 16 oktet dan masing-masing octet terdiri dari 8 bit. Jika semua alamat digunakan, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :



2128 bit = 340.282.366.920.938.463.374.607.431.768.211.456
Alamat
Apabila di tulis dalam bentuk scientific, maka sekitar 3.4* 1038 , atau sekitar 340 triliun triliun triliun. Melebihi kapasitas pendududk di dunia yang akan terhubung internet di masa depan.
Akan tetapi terdapat beberapa kelemahan untuk mendapatkan atau menciptakan kapasitas ruang alamat yang besar. dengan pertimbangan menggunakan 64 bit sekalipun maka akan di dapatkan jumlah alamat sebesra 18 juta triliun. Dengan jumlah alamat sebanyak itu maka masih memungkinkan penggunaan internet di masa mendatang. Akan tetapi penggunaan lebar alamat 128 bit pada IPv6 adalah untuk alas an fleksibilitas bila dibandingkan dengan lebar alamat 64 bit.

Modul IPv6
Setelah melakukan hubungan antara kedua computer dengan menggunakan alamat IPv4, maka selanjutnya akan dibahas mengenai penggunaan IPv6 sebagai migrasi dari IPv4.
a. Memuat modul IPv6
Sebelum memuat modul IPv6, maka dapat di lkukan pengecekan terlebih dahulu terhadap system opreasi Redhat Linux 9 yang di gunakan. Hal ini tidak lah waajib, karena pada Redhat Linux versi 9 sendiri sebetulnya telah menyertakan modul IPv6 pada kernel yang di gunakan nya yaitu kernel versi 2.4.20-8. Semua tulisan yang berada pada kotak/table berwarna abu-abu berisi perintah yang diketikkan pada terminal redhat Linux 9 beserta dengan hasil keluaran atau output dari terminal. Perintah yang di gunakan untuk melakukan pengecekana modul IPv6 tersebut adalah sebagai berikut :

[root@localhost root]# test –f /proc/net/if_net6 &&
echo “ kernel Linux telah mendukung IPv6”
kernel Linux telah mendukung IPv6
Perintah di atas di gunakan untuk melihat apakah pada /proc/file-system terdapat entry/proc/net/if_net6 atau tidak dengan penambahan && echo “ kernel Linux telah mendukung IPv6”, maka apabila kernel linux telah mensukung modul IPv6 akan menghasilakan output tulisan kernel Linux telah mendukung IPv6.

b. Membuat Modul IPv6
Memuat modul IPv6 bertujuan untuk mengaktifkan modul yang akan di gunakan untuk menangani IPv6 baik konfigurasi maupun interkoneksi. Perintah yang di gunakan untuk memuat modul IPv6 tersebut adalah sebegai berikut :
[root@localhost root]# insmood IPv6
using / lib/modules/2.4.20-8/kernel/net/ipv6/ipv6.0
Dengan menggunakan perintah “insmood”, maka semua aplikasi dan perangkat lunak yang mendukung IPv6 akan di aktifkan.Dengan menggunakan perintah “ifconfig” pada terminal linux, maka dapat di lihat hasil aktivitas modul IPv6 sebelum dan sesudah aktivitas, sebagai berikut :

o Sebelum Aktifasi
[root@localhost root]#ifconfig eth0
eth0 link encap : Ethernet HWaddr 00:11:95:60:24:08
inet addr :192.168.2.1 Bcast : 192.168.2.255
Mask : 255.255.255.0
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU : 1500
Metric : 1
RX packets : 15 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Frame : 0
TX packets : 63 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Carrier : 0
Collisions : 0 txquelen : 100
RX bytes :1128 (1.1 Kb) TX bytes:4008 (3.9 b)
Interupt : 10 Base address:0x3000

o Sesudah Aktifasi
[root@localhost root]#ifconfig eth0
eth0 link encap : Ethernet HWaddr 00:11:95:60:24:08
inet addr :192.168.2.1 Bcast : 192.168.2.255
Mask : 255.255.255.0
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU : 1500
Metric : 1
RX packets : 372 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Frame : 0
TX packets : 244 errors:0 dropped:0 overruns : 0
Carrier : 0
Collisions : 0 txquelen : 100
RX bytes :22320 (21.7 Kb) TX bytes:14740 (14.3 b)
Interupt : 10 Base address:0x3000

c. Memuat Modul IPv6 secara otomatis
Modul IPv6 yang di aktifkan sebelumnya, sebetulnya belum secara otomatis di load, sehingga apabila computer di restart, maka modul IPv6 akan kembali nonaktif. Untuk membuat modul IPv6 dapat secara otomatis di load ketika redHat Linux pertama kali start Up, maka perlu di tambahkan 1 baris perintah pada file/etc/modules.conf.
Perintah tersebut adalah :

Alias net-pf-10 IPv6 # load Ipv6 secara otomatis

Selain itu di mungkinkan juga untuk me-nonaktifkan proses load modul IPv6 secara otomatis dengan cara menambahkan baris perintah pada file/otc/modules.conf sebagai berikut :

Alias net-pf-10 off # Un-load Ipv6 secara otomatis

Interkoneksi IPv6 dengan IPv4
Ipv6 mempunyai format alamat dan header yang berbeda dengan IPv4. Sehingga secar langsung IPv4 tidak bias melakukan interkoneksi dengan IPv6. Hal ini tentunya akan menimbulakan masalah implementasi pada IPv6 pada jaringan internet IPv4 yang telah ada. Sebagai solusi dalam masalah implementasi IPv6, maka diperlukan suatu mekanisme transisi IPv6. Tujuan pembuatan mekanisme pembuatan transisi ini adalah supaya paket IPv6 dapat di lewatkan pada jaringan IPv4 yang telah ada ataupun sebaliknya.
Pada interkoneksi IPv6 dengan IPv4 tersebut, menggunakan mekanisme automatic tunneling yang berfungsi untuk melewatkan paket IPv6 melalui jaringan IPv4 yang telah ada, tanpa merubah infrastruktur jaringna IPv4. mekanisme automatic tunneling mempunyai prinsip kerja mengenkapsulasi paket IPv6 dengan header IPv4, kemudian paket tersebut langsung di kirimkan ke jaringan IPv4.


BAB IV
KESIMPULAN

Protokol dapat dimisalkan sebagai 2 orang yang berasal dari bangsa yang berbeda akan berdialog dan berkomunikasi, kemudian keduanya hanya dapat mengerti dan berbicara dengan bahasa kebangsaannya masing-masing, sehingga dapat di pastikan bahwa tujuan dialog dan komunikasi tersebut tidak akan tercapai. Oleh karena itu agar dialog dan komunikasi dapat berjalan dengan lancar maka masing-masing orang tersebut harus berdialog dengan memakai jasa penterjemah atau protocol. Demikian jiga halnya dengan dua computer dari pabrik yang berbeda ketika akan berkomunikasi dengan caranya masing-masing juga tidak akan tersebut dialog yang baik. Sehingga akan agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan tercapainya dialog yang di mengerti oleh kedua computer tersebut, maka harus menggunakan suatu protocol yang dapat digunakan secara umum.
Pada protokol model TCP/IP standard, protocol di bagi menjadi 4 lapisan/ layer, yaitu network interface layer, internet layer, host-two-host transport layer dan application layer.
Alamat IP (dalam hal ini adalah IPv4) di gunakan untuk mengidentifikasi interface jaringan pada host computer. Untuk memudahkan kita dalam membaca dan mengingat suatu alamat IPv4, maka umumnya penamaan yang di gunakan adalah berdasarkan bilangan decimal atau sering di sebut sebagai notasi dotted decimal.
IPv4 memilki sifat yang di kenal sebagai : unriable, connectionless, datagram delivery service. IP address merupakan bilanagan biner 32 bit yang di pisahkan dengan oleh tanda pemisah berupa titik setiap 8 bit nya. Tiap 8 bit ini di sebut sebagai octet. Alamat IP dapat di bagi menjadi 2 bagian, yaitu : network ID dan host ID. Alamat IPv6 lebih panjang dari alamat IPv4, sehingga menibulkan permasalahan dalam penggunaan dotted decimal seperti pada IPv4. Apabila menggunakan notasi dotted decimal tersebut, maka alamat IPv6 sepanjang 128 bit harus dibagi menjadi 16 oktet dan masing-masing octet di tuliskan dalam angka decimal dari 0 – 255.

DAFTAR PUSTAKA

Winarno Sugeng, Jaringan Komputer dengan TCP/IP,Penerbit Informatika,
Bandung 2006

Iwan Sofana, Membangun Jaringan Komputer (Membuat Jaringan Komputer
(Wire dan Wireless)) Untuk Pengguna Windows dan Linux,
Penerbit Informatika, 2006

Andi Kristanto, Jaringan Komputer, Graha Ilmu, 2003

Jim Michael Widi, S.Kom., Diktat Jaringan Komputer.ppt,
Universitas Budi Luhur
READ MORE - Jaringan Komputer

Fr33 Z0n3


ShoutMix chat widget